Maandag 22 April 2013


INTERPRETASI CITRA UNTUK KAWASAN PERKOTAAN & PERMUKIMAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah populasi penduduk sebesar 238,4 juta jiwa , dimana merupakan negara yang memiliki penduduk terbanyak ke empat di dunia. Dengan penduduk sebanyak itu, masih banyak ketimpangan yang terjadi di sekitar masyarakat. Masih banyak kemiskinan di mana-mana, kekurangan fasilitas kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja masih terjadi di berbagai tempat. Hal tersebut di tambah dengan pertambahan jumlah penduduk dan tingkat perekonominan masyarakat dari tahun ke tahun yang mengakibatkan semakin bertambahnya kebutuhan masyarakat terhadap ketersediaan lahan. Lahan yang dibutuhkan mulai dari lahan peruntukan sebagai pemukiman, perkantoran, fasilitas pendidikan serta kesehatan, bahkan untuk pertanian, peternakan dan sebagainya. Pemanfaatan lahan - lahan  produktif dan lahan kosong sangat dibutuhkan pengembang (developer) dalam mengembangkan permukiman dan berbagai peruntukan lahan lainnya. Hal ini dilakukan karena lahan di tengah kota sudah tidak ada tempat yang ideal dari sisi ekonomi. Untuk itu diperlukan data dasar mengenai luas lahan yang telah berubah peruntukannya menjadi permukiman sehingga didapatkan perencanaan yang berkesinambungan. Data dasar yang digunakan pada penelitian ini berupa data spatial dan data tabular. Data spasial berupa gambar citra berperan penting dalam analisis kawasan perkotaan dan permukiman pada masa sekarang karena melaui citra yang dihasilkan oleh teknologi penginderaan jauh, karena kemajuan teknologi mendukung diperolehnya data yang mempunyai tingkat kedetailan yang tinggi. Peningkatan penggunaannya dikarenakan citra dapat menggambarkan obyek, daerah, dan gejala di permukaan bumi. Bentuk dan letak obyek relative lengkap, dapat meliput daerah luas, dan bersifat permanen. Sehingga citra merupakan alat yang baik sekali untuk pembuatan peta, baik sebagai sumber data maupun sebagai kerangka letak. Citra dapat pula berfungsi sebagai model medan. Berbeda dengan peta yang merupakan model simbolik dan formula matematik yang merupakan model analog, citra (terutama foto udara) merupakan model ikonik karena ujud gambarnya mirip dengan obyek yang sebenarnya. Citra penginderaan jauh (satelit) mempunyai resolusi spasial dan resolusi temporal yang tinggi, sangat tepat digunakan untuk kajian kawasan permukiman yang mengalami perkembangan sangat cepat, dan perkembangan permukiman. Secara penataannya, jenis permukiman sebenarnya dibedakan menjadi 2 yaitu permukiman teratur dan tidak teratur. Pola persebaran permukiman sendiri dari aspek bentuk persebaran kelompok permukiman, dapat dibedakan menjadi pola permukiman memanjang, melingkar, sejajar dan kubus.
Dalam metode penginderaan jauh menurut Roscoe (1960) dalam Sutanto (1992), terdapat 6 tahapan yaitu:
  1. Merumuskan masalah dan tujuan dalam metode penginderaan jauh, dimulai dengan perumusan masalah secara jelas. Masalah dapat berupa sesuatu yang aneh, tidak pada tempatnya atau tidak bisa terjadi, sesuatu yang kurang jelas, sesuatu yang menimbulkan tantangan. Misalnya pemotretan di berbagai wilayah Indonesia saat musim penghujan.
  2. Mengevaluasi kemampuan, dilakukan setelah masalah dan tujuan perumusan masalah secara jelas. Lalu dilakukan penilaian terhadap kemampuan pelaksanaannya yang menyangkut tentang kemampuan pelaksanaan dan tim, alat, perlengkapan, dan waktu.
  3. Pemilihan cara kerja, agar pemilihan cara dilakukan secara baik, maka perlu diketahui tentang perencanaan penggunaan lahan.
  4. Hal-hal yang perlu dilakukanan dalam Tahap Persiapan Metode Penginderaan Jauh yaitu:
a.    Menyiapkan data acuan (data yang bukan berasal dari penginderaan jauh.)
b.    Menyiapkan data penginderaan jauh (data hasil perekaman obyek dengan menggunakan sensor buatan.)
c.    Menyiapkan mosaik foto (serangkaian foto daerah tertentu yang disusun menjadi satu lembar foto.)
d.    Orientasi medan (mencocokkan penggambaran foto dengan wujud yang sebenarnya dengan membawa foto ke medan.)
Langkah-langkah umum yang dilakukan untuk memperoleh data penginderaan jauh agar dapat dimanfaatkan oleh berbagai bidang adalah :
1.  Deteksi
Pada tahap ini dilakukan kegiatan mendeteksi obyek yang terekam pada foto udara maupun foto satelit
2.  Identifikasi
Mengidentifikai obyek berdasarkan ciri-ciri spektral, spasial dan temporal.
3.  Pengenalan
Pengenalan obyek yang dilakukan dengan tujuan untuk mengklasifikasikan obyek yang tampak pada citra berdasarkan pengetahuan tertentu
4.  Analisis
Analisis bertujuan untuk mengelompokkan obyek yang mempunyai ciri-ciri yang sama
5.  Deduksi
Merupakan kegiatan pemrosesan citra berdasarkan obyek yang terdapat pada citra ke arah yang lebih khusus.
6.  Klasifikasi
Meliputi deskripsi dan pembatasan (deliniasi) dari obyek yang terdapat pada citra
7.  Idealisasi
Penyajian data hasil interpretasi citra ke dalam bentuk peta yang siap pakai.
Layout penginderaan jauh untuk hasil akhirnya berupa peta data spasial yang diperoleh. Penyajian layout peta dilakukan untuk memudahkan dalam membaca informasi spasial yang dihasilkan dari tahapan pengolahan data penginderaan jauh.

Daftar Pustaka
KAWASAN PERMUKIMAN DI KOTA SEMARANGDiunduh pada Senin, 17 April 2013.

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking